Jumat, 26 Juli 2013

MASALAH TARAWIH


Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra. berkata ia:
 
Artinya :  “Adalah Rasulullah SAW bersembahyang di bulan Ramadhan dengan tidak berkaum-kaum, dua puluh raka’at ditambah witir” (HR. Al-Baihaqy, At-Thabarany dan Abdubnu Humaid).
  
Diriwayatkan pula dari Assaib bin Jayid, berkata ia:
 
Artinya :  “Adalah mereka itu para shahabat dan tabi’in) mendirikan sembahyang Tarawih, pada masa Sayyidina Umar ra. di dalam bulan Ramadhan, sebanyak dua puluh raka’at dan pada masa Sayyidina Utsman dan Sayyidina Ali ra. seumpamanya”. (HR. Al-Baihaqy).
Diriwayatkan pula dari Yazid bin Rumaan, berkata ia:
 
Artinya :  “Adalah orang-orang pada masa Umar ra. sembahyang di bulan Ramadhan dengan dua puluh tiga raka’at.” (Riwayat Malik dalam Al-Muwattha’).

Pasal. Setengah dari pada sunnah-sunnah adalah shalat Tarawih dalam bulan Ramadhan. Di sisi Abi Hanifah, As-Syafi’i dan Ahmad, dia itu dua puluh raka’at dengan sepuluh salam, dan melakukannya dalam berjama’ah lebih utama. Dan telah berkata Abu Yusuf: Barangsiapa yang kuasa atas melakukan sembahyang itu di rumahnya, sebagaimana ia sembahyang bersama Imam, maka yang lebih disukai ia bersembahyang di rumahnya. Dan telah berkata Imam Malik: Melakukan Qiyam Ramadhan di rumah bagi orang yang kuat atasnya, lebih aku sukai.
BANTAHAN
Ada orang Indonesia yang membantah bilangan raka’at tarawih, mereka berfatwa bahwa bilangan raka’at sembahyang tarawih hanya 8 (delapan) raka’at.
Kami sudah menyelidiki dalil yang dimajukan mereka, yaitu hanya sebuah hadits yang berbunyi begini:
  
 
Artinya :  “Berkata Siti ‘Aisyah Ummul Mu’minin: Tidak ada Nabi menambah pada bulan Ramadhan dan bulan lainnya dan 11 raka’at ........dst.” (HR. Imam Bukhari).
Nampak dalam hadits ini, kata orang yang membantah itu bahwa Nabi hanya sembahyang 11 raka’at, yaitu 8 raka’at sembahyang tarawih dan 3 raka’at sembahyang witir tidak lebih tidak kurang. Makanya orang yang membuat sembahyang tarawih lebih dari 11 raka’at adalah bid’ah, kata mereka.
Ditambah lagi oleh orang-orang yang fanatik, bahwa orang penganut Madzhab Syafi’i yang sembahyang tarawih 20 raka’at adalah tukang-tukang bid’ah yang masuk neraka.
Kita majukan beberapa problem:
v  Hadits ini shahih riwayat Imam Bukhari, ini diakui karena tersebut kitab hadits Sahih Bukhari, pada juz III halaman 275.
Kalau dikatakan ini adalah sembahyang tarawih juga tidak mungkin, karena:
Ø Di dalam hadits ini dikatakan bahwa Nabi tidak melebihi sembahyang dari 11 raka’at dalam bulan Ramadhan dan bulan lain Ramadhan.
Ø Perkataan beliau “dan tidak pula di lain Ramadhan” membuktikan bahwa maksudnya bukan sembahyang tarawih, karena sembahyang tarawih tidak ada dalam bulan lain Ramadhan.
Maka dalil ini tidak cocok untuk sembahyang tarawih. Jauh panggang dari api. Tidak sesuai dalil dengan madlul.
v  Petikan kalimat di atas,
   
“Tidak ada Nabi menambah pada bulan Ramadhan dan bulan lainnya dan 11 raka’at”. Sekarang apakah ada Tarawih di luar Ramadhan? Ternyata tidak ada kan?
v  Petikan kalimat selanjutnya,
   
“Apakah kamu mengerjakan shalat witir sebelum tidur ya Rasulullah?” Pertanyaan ‘Aisyah tadi mengindikasikan hadits tersebut adalah hadits witir. Hal ini sesuai pendapat Imam Bukhari pengarang hadits
بَابُ قِيَامِ النَّبِى ص.م بِاالَّيْلِ فِي رَمَضَانَ وَفِي غَيرِ
Artinya :  “Sembahyang malam Rasulullah dalam bulan Ramadhan dan lain bulan Ramadhan” (Shahih Bukhari juz 1 hal. 42).
Ini petunjuk bahwa Imam Bukhari juga berpendapat, bahwa sembahyang ini bukan sembahyang Tarawih, tapi sembahyang malam yang diakhiri witir pada bulan Ramadhan dan di lain Ramadhan. Sudah jelas kiranya Rasul dan sahabat juga Imam Syafi’i, mulai Hanafi, Hambali semua 20 rakaat. Lalu anda mau ikut siapa, bahkan di Makkatul Mukarromah pun sampai sekarang 20 raka’at, mohon disadari.
وَالله اعلم بالصواب