Wahabi memahami selruh bid’ah sebagai kesesatan tanpa kecuali dengan dalil :
فان خير الحديث كتاب
الله وخير الهدى هدى محمد وشر الامور محدثا ته وكل بدعةضلا لة .
Sesungguhnya
sebaik baik perkataan adalah firman Allah dan sebaik baik petunjuk adalah
petunjuk Muhamad saw. dan seburu-buruk perkara adalah yang di buat-buat, dan
setiap bid’ah itu sesat. Dan dali ini yang dianggap ampuh juga ialah :
من عمل عملا ليس عليه
أمرنا فهو رد . ( شرح مسلم ).
Barangsiapa
mengerjakan amalan yang tidak kami perintahkan, maka amalan itu tertolak ( HR. Imam Muslim Syarah Muslim, juz 12
halaman 16 ).
Akan tetapi
pemahaman Wahabi ini mengutip dari kitab pemsyarah syaheh Muslim mau, akan
tetapi pemahaman yang di sampaikan pensyrah shaheh muslim itu sendiri tidak
mau, ini bukti penyimpangan dan liarnya pemahaman wahabi ini, sebagaimana yang
di jelaskan syarah Muslim di bawah ini :
قو له صل الله عليه
وسلم." وكل بدعة ضلا لة, هذا عام مخصوص والمراد به غالب البدعة ".
“ Sabda Rosulullah saw. “ Kullu bid’atin dholalh ”
umum yang di maksud adalah sebagian bid’ah ( sebagian bid’ah yang menyimpang
dari syari’at yang sesat . ( Syarah shaheh Muslim, juz 6 halaman 154 ). Ini
bukti penyimpangan Wahabi dari kaidah yang sebenarnya,bahkan Imam Nawawi
melanjutkan penjelasannya :
قاذا عرف ماذكرته ,
علم أن الحديث من العام المخصوص. وكذا أشبهه من الاحاديث الواردة. ويؤيد ما قلناه
قول عمر بن الخطاب رصي الله عنه في ترويح : " نعمة البدعة "
“ Jika apa
yang telah aku turunkan difahami, maka deketahui bahwa hadist ini termasuk
hadist umum yang di khusushkan. Begitu juga beberapa hadist yang serupa
dengannya. Apa yang saya katakan ini di dukung oleh perkataan Umar ibn
al-Khoththab ra. Tentang sholat taraweh: “ Berjamaah di bulan ramadhan “. (
Syrah shaheh Muslim 6 halaman 154). Selanjutnya pensyarah shaheh Muslim lebih
jauh mengatakan :
البد عة بكسر الباء
هي احداث مالم يكن فى عهد رسول الله صلعم . وهي منقسمة الى حسنة وقبيحة.
“Bid’ah” Dengan dibaca kasroh huruf baknya, menurut
syara’ adalah mengerjakan perkara baru yang tidak ada di masa Rosulullah saw.
Dan bid’ah itu terbagi kepada 2 bagian, yaitu : Bid’ah hasanah dan bid’ah
Qobihah (buruk). “Jadi bid’ah mengerjakan perkara baru yang tidak ada di masa
Rosulullah saw, bukan sebagaimana yang di manipulasi Wahabi, yang katanya
bid’ah lughot, atau secara bahas.
BID’AH HASANAH
DIPERKUAT OLEH IMAM SYAFI’I DAN PENSYARAH SHAHEHA AL-BUKHORI. DAN IMAM SYAFI’I
PERNAH BERKATA :
البدعة بدعتان :
محمودة ومذمو مة , فما واقف السنة فهو محمو د , وما خلفها فهو مذ موم .
Bid’ah itu 2
macam, satu bid’ah terpuji dan yang lain bid’ah tercela. Bid’ah terpuji ialah
yang sesuai dengan sunnah Nabi, dan bid’ah yang tercela ialah yang tidak sesuai
atau menentang sunnah Nabi. ( Fathul Bari juz 17 halaman 10 ). Juga yang sesuai
dengan riwayat Abu Nuaim, yaitu Imam al-Baihaqi ahli hadist yang terkenal
menerangkan dalam kitab manaqib Asy syafi’I,
bahwa Imam Syafi’i pernah berkata :
المحد ثات ضربان : ما
احدث يخالف كتابا أو سنة أوأثر أواجماعا فهده بد عة الضلا ل وما أحدث من الخير لا
يخالف شيئا من ذلك فهي محدثة غيرمذمومة .
Pekerjaan yang
baruitu 2 macam : 1. Pekerjaan keagamaan yang menetang atau berlainan dengan
Qur’an Sunnah Nabi, astar dan Ijma’ ini dinamakan “ bid’ah dholalah “ 2.
Pekerjaa keagamaan yang baik, yang tidak menentang salah satu dari yang
tersebut di atas, adalah bid’ah juga tetapi tidak tercela. (Fathul Bari 17
halaman 10 ). Bahkan lebih tegas lagi, pendapat Ibnuhajar al-Astkolani ini,
sebagai penyarah shaheh al-bukhori, membenarkan ualama’ yang membagi bid’ah
menjadi 5 bagian, ( Fathul Bari juz 17 halaman 10 ). Lalu dari mana orang
Wahabi bid’ah yang di maksud Imam Syafi’i adalah bid’ah secara bahasa kalau
bukan pembohong besar. Juga termaktub dalam kitab “ Umdul Qori’ syarah shaheh
al-Bukhori “ mengatakan :
والبدعة فى الأصل
احداث أمر لم يكن فى زمان رسو ل االله صلعم . ثم البدعة نوعين ان كان مما يندرج
تحت محتحسن فى الشرع فهى بدعة حسنة وان كان مما يندرج تحت مستقبح فى الشرع فهي
بدعة مستقبحة .
Dan pada mulanya
yang di namakan bid’ah adalah melakukan suatu perbuatan baru yang tidak ada di
zaman Rosulullah saw. Kemudian bid’ah itu terbagi menjadi 2 bagian. Apabila
bid’ah itu masuk kedalam lingkungan sesuatu yang di anggap baik menurut syara’
maka di namakan bid’ah “ hasanah “ Dan jika bid’ah itumasuk ke dalam lingkunga
yang buruk menurut syara’ maka di namakan bid’ah mustaqobihah, ( buru). Jadi
jelas menurut Imam Syafi’i dan pensyarah bukhori dan Muslim ini, bahwa bid’ah
bukan bagian dari hukum Syar’i,
Karena nanti
apabila bid’ah menerima hukum yang lima, wajib, Sunnah,Haram, Makruh ataupun
Mubah, sebagaimana yang di tahqiqi oleh Sulthonul Ulam’ Izzuddin ibnu Abdis
Salam, yang membagi bid’ah menjadi lima. Dan semua Ulama’ Ahlus sunnah
Wal-Jamaah sepakat bahwa secara global bahwa bid’ah di bagi menjadi 2, yaitu
bid’ah hasanah dan bid’ah dholalah. Sebagaimana sabda Nabi kita Muhammad saw.
sebagai berikut :
من سن سنة فى الاسلام
سنة حسنة فعمل بها بعده كتب له مثل أجر من عمل بها لا ينقص من أجو رهم شيئ , ومن
سن فى الاسلام سيئة فعمل بها بعد كتب عليه مثل وزرمن عمل بها ولا ينقص من أوزار هم
شيئ .
Barangsiapa
yang mengadakan dalam islam sunnah hasanah ( sunnah yang baik ) maka di amalkan
oleh orang kemudian sunnahnya itu, di berikan kepadanya pahala sebagai pahala
oang yang mengerjakan kemudian dengan tidak mengurangkan sedikit juga dari pahala orang yang mengerjakan
kemudian itu. Dan barangsiapa yang mengadakan dalam islam sunnah sayyi’ah
(sunnah buruk) maka di amalkan orang kemudian sunnah buruknya itu, diberikan
kepadanya dosa,seperti dosa orang yang mengerjakan kemudian dengan tidak di
kurangi sedikitpun juga dari dosa orang yang mengerjakan kemudian itu. ( Shaheh
Muslim fi Syarhin Nawawi jlid 4 halaman 104-105 cet. “ Darul fiqri” Bairut
Libanon bersumber dari Nabi mukhammad saw. Juga Syarah Muslim juz 14 halaman 226 ). Ternyata di dalam hadist ini,
setiap orang muslim di anjurkan mengadakan sunnah yang bagus, dan di larang
mengadakan sunnah yang jelek ( sunnah yang buruk ). “ Ternyata pendapat Ulama’
ahlus sunnah Wal-Jama’ah sesuai dengan apa yang di sabdakan Nabi Muhammad saw.
والله اعلم باالصواب
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar