3. Al-Imam
Asyafi’i membagi bid’ah 2 macam
المحدثا
ن ضر بان : ما أحدث يخا لف كتابا او سنة اواجما عا فهو
بد
عة ضلا لة وما أحدث فى الخير لا يخا لف شيئا من ذا لك فهو محدثة غير مذمومة
Bid’ah muhadast ada 2 macam, pertama, sesuatu yang baru yang
menyalahi Qur’an Hadist atau ijmak, disebut bid’ah dholalah. Kedua, sesuatu
yang baru dalam kebaikan yang tidak menyalahi al-Qur’an, sunnah dan ijmak,
disebut bid,ah hasanah. ( Al-Baihaqi, Manaqib al-Syafi’i juz1 hal 469 ) Bahkan
Imam Syafi’i, apabila sudah mempunyai landasan dari Qur’an Hadist tidak dinamai
bid’ah:
قال
الشا فعي ر ض . كل ما له مستند من الشرع فليس ببد عة ولو لم يعمل به السلف
لأ ن تركهم للعمل به قد
يكون لعذر قام لهم فى الوقت او لما هو افضل منه او لعله
لم يبلغ جميعهم علم به . الحا فظ
الغماري اتقان الصنعة فى تحقيق معنى البدعة, ص . ه.
“Setiap sesuatu yang mempunyai dalil syar’i, (Qur’an Hadist
Ijma') meskipun belum dilakukan ulama' salaf. Karena sikap mereka yang
meninggalkan tersebut terkadang karena ada udzur yang terjadi pada sa’at itu,
atau ada amaliah lain yang lebih utama, dan atau barangkali hal itu belum
diketahu oleh mereka “.
44. Al- Imam Abdilbar, juga membagi bid’ah
2 macam, “Adapun perkataan Umar ra. “Sebaik-baik bid’ah“ maka bid’ah dalam
bahasa Arab, adalah menciptakan, memulai sesuatu yang belum pernah ada. Maka
apabila “bid’ah“ tersebut menyalahi sunnah yang telah berlaku, maka “bid’ah“
yang tidak baik, wajib mencela dan melarangnya, menyuruh menjauhi dan meninggalkannya.
“SEDANGKAN “BID’AH“ YANG TIDAK MENYALAHI DASAR SYARIAT DAN SUNNAH (QUR’AN HADIS) MAKA ITU SEBAIK-BAIK BID’AH ( BID’AH HASANAH) “ (
Al-Istidzkar, jus 5 halaman 152 ).
55. Al-Imam Nawawi juga membagi bid’ah
dibagi menjadi 5 bagian,
هي
أي منقسمة الى حسنة وقبيحة
“Bid’ah“ dibagi 2 juga dirinci
menjadi 5 (Al-Imam Annawawi, tahdzib al Asmak wallughot juz 3 hal 22 )
66. Al-Hafidz Ibnu al-Astir al-jazari,
dalam kitab (al-Nihayah fi Ghorib al-Hadist wa al-Atsar juz 1 hal 267 )
77. Al-Hafidz Ibn al-Arobi al–Maliki juga
Bid’ah dibagi 2 (Aridhot al-Ahwadzi Syarah Jami’ al –Tirmidzi, juz 1 hal 147
)
وقال عمر نعمة البد عة : وانما يذم من البدع
ماخلف السنة ويذم من المحد ثات ما دعا الى ضلا لة.
88. Al-Imam
Izzuddin Bin Abdissalam. Membagi “ Bid’ah “ menjadi 5 bagian, ( Qowa’id
al-Ahkam fi Masalih juz 2 hal 133 )
99. Ibnu Hajar Al-astqolani ( Fath al –
Bari juz 4 hal 253 ) juga membagi 2 bagian.
110. Al-Imam al-Aini juga membagi bid’ah
menjadi 2 macam ( Umdat al-Qori, juz 11 hal 126 )
111. Al-Imam al-Asyaukani juga membagi “
Bid’ah “ menjadi 2 bagian bahkan lebih rinci “Bid’ah“ dibagi 5 bagian, dia
seorang hafidz al-Faqih yang dikagumi kaum Wahabi, dalam kitabnya Nailul
al-Author juz 3 hal 25 yang di terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh
Mu’amal Hamidi tokoh Muhammadiyah Jawa Timur, dan masih banyak lagi. Dan
anehnya Utsaimin yang mati-matian mempertahankan tentang bi’dahnya, “setiap
bid’ah sesat“ (Muhammad bin Sholeh al-Ustaimin, Al-Ibda’ fi Kamal al-Syar’i wa
al-Kathar al-Ibtidak, hal 13) ini pendapat pertama.
Rupanya sulit dipertahankan pendapatnya.
إلا
بد ليل من الكتاب والسنة على مشروعية
"Kecuali ada dalil dari Al-Qur’an Al-Hadist
yang membolehkannya".
(Al-Ustaimin, Syarh al-Aqidah al-Wasithiyah, hal
639-640).
Nah kalau acuannya Al-Qur'an
Hadis, kan sama saja, kalau kata syari’at baik
yang “hasanah“ kalau kata syari'at
jelek ya dholalah, selesailah kenapa muter-muter, mau terbang ke langit
yang ke-7 pun turun juga ke tanah, coba
perhatikan lagi, pendapat beliau yang ke-3.,
ومن
القواعد المقررة ان الوسا ئل لها أحكام المقا صد, فو سا المشروع مشروعية ووسا ئل
غير مشروع غير مشروعة
بل وسا ئل المحرم حرام, فا لمدارس وتصنيف
العلم وتأ ليف الكب وان كان بدعة لم يوجد فى عهدالنبي صلعم, على هذالوجه الا انه
ليس مقصدا بل هو وسيلة والوسائل لها احكام المقا صد, ولهذا لو بنى شخص مدرسة
لتعليم علم محرم كان البناء حرام ولو بنا مدرسة لتعليم علم شرعى كان البناء مشروعا
( العثيمن,الا بداءفى كمال الشرع وخطر الابتداء .
“Diantara kaidah yang ditetapkan adalah bahwa perantara itu
mengikuti hukum tujuannya. Jadi perantara tujuan yang disyaria’atkan, juga
disyariatkan. Perantara tujuan yang tidak disyariatkan juga tidak disyari’atkan.
Bahkan perantara tujuan yang diharamkan, juga diharamkan. Karena itu
pembangunan madrasah-madrasah, penyusunan ilmu pengetahuan dan kitab-kitab,
meskipun bid’ah yang belum ada pada masa Rasulullah saw. dalam bentuk
seperti ini namun ia bukan tujuan, melainkan hanya perantara, sedangkan hukum
perantara mengikuti hukum tujuannya. Oleh karena itu, bila seorang membangun
madrasah untuk ilmu yang di haramkan, maka membangunnya haram mendapat dosa.
Bila membangun madrasah untuk ilmu yang di syariatkan, maka membangunnya di
syari’atkan maka mendapat pahala“
(Al- Ustaimin, al-Ibda’ fi Kamal al-Syar’i wa Khatar
al-Ibdak’hal 18-19 )
Dari penjelasan Ustaimin tadi, membangun madrasah adalah “bid’ah“
dan boleh walaupun tidak pernah ada pada masa Rasulullah saw.
dus, tidak selamanya yang tidak ada pada masa Rasulullah itu
sesat. Sekarang apa bisa “JIPLAK” persis sama di masa Rasulullah, ya tidak akan
bisa, makanya Rasul menyuruh kita ikutilah sahabatku apabila aku sudah tiada (wafat)
dari sinilah muncul sebuah pemahaman hukum yang namanya di samping Qur’an
Hadist, yaitu “IJMAK DAN QIYAS“ kalau tidak, dikit-dikit bid’ah, karena
angan-angan dibenaknya yang ada cuma “ KULLU BID’ATIN DHOLALAH“ yang tidak
pernah dicontohkan Nabi sesat! Nyatanya sentral Wahabi
seperti Utsaimin berbuat bid’ah seperti membangun madrasah yang tidak
pernah dicontohkan Nabi. Jadi tidak mudah mengatakan, lomba tilawatil Qur’an
bid’ah, Maulid Nabi bid’ah, memperingati Nuzulul Quran sesat, tahlil bid’ah,
memperingati Isro’ Mi’roj bid’ah, membaca yasin bersama neraka, khutbah jum’at
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia kesasar kalau takut bid’ah silahkan
pakai bahasa arab karena Nabi tidak pernah memakai bahasa Indonesia, istighosah
syirik, nahwu, sorrof, balaghoh ma’ani manteq mengada-ngada dan bid’ah, dzikir,
membaca sholawat ketika akan sholat bid’ah, yaa gak ada benarnya. Beranikah
menyesatkan Utsaimin membangun madrasah yang belum pernah dicontohkan Rasul,
karena yang tidak pernah dicontohkan Rasul semua sesat??? Ternyata
tidak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar