Senin, 09 September 2013

TUDUHAN IBNU TAIMIYAH TERHADAP “ABU JA’FAR AR-ROZI” TENTANG QUNUT SHUBUH


 
TANYA JAWAB H. MAKSUM HAMDUN
BERSAMA KH. M. SYAFI’I HADZAMI


Bersama surat ini saya memberitahukan kepada Ustadz pada hari Kamis malam Jum’at, tanggal 27 Januari telah mendengar uraian Ustadz tentang tanya jawab agama Islam, yang menguraikan do’a Qunut pada waktu sembahyang shubuh lalu Ustadz mengatakan Sunnah Hukumnya dengan alasan Hadis Nabi Saw. :
  
Sekarang saya hadis ini akan dibaca dari permulaannya yaitu sebagai berikut:
 
Menurut Ulama ahli Hadis penyusun Hadis yang dua itu tidak ada yang mengesahkannya melainkan Imam Hakim saja dan adapun Uhlul Hadis lainnya Ittifaqnya melemahkannya, lantaran terdapat pada isnadnya seorang yang bernama Abu Ja’far Arroji, dia itu telah dilemahkan oleh mereka dan dituduh sebagai tukang memalsu Hadis oleh Syaikhul Islam Imam Ibnu Taimiyah, maka dengan keterangan semacam ini jatuhlah derajatnya kedua hadist ini dan tidak boleh lagi digunakan untuk alasan.
Lebih-lebih sekarang kedua hadis itu yang dilemahkan, dinisbatkan kepada Anas, itu dia sendiri tiada mengaku meriwayatkan bahwa ia telah mendustakannya dan inilah keterangannya:
 
Berarti hadis ini menolak kepada yang ke-1 dan ke-2 yang telah dibacakan oleh Ustadz, karena itu riwayatnya berlawanan dengan yang telah nyata syahnya untuk itu, inilah riwayatnya sebagai berikut:
Maka dari itu saya menantikan jawaban dari Ustadz yang sejelas-jelasnya karena saya tiap hari Kamis malam mengikuti terus Acara Tanya Jawab Agama Islam ini.

Wassalam : ttd. Ha. Ma’shum Hamdun.
JAWABAN 45 :

Sdr. H. Ma’shum Hamdun,

Untuk mudahnya dipahami jawaban kami, baiklah kami rumuskan dahulu surat anda sebagai berikut:

1.   Anda menganggap hadis yang kami bawakan itu tak boleh dibuat hujjah, karena beralasan tuduhan Ibnu Taimiyah terhadap Abu Ja’far Arrozy yang terselip dalam Isnad hadis tersebut. Tetapi anda mengakui hadis tersebut ada dishahkan oleh Imam Hakim.

2.   Anda menganggap Sayyidina Anas sendiri menolak riwayat hadisnya tersebut berdasarkan pertanyaan ‘Ashim bin Sulaiman kepada Anas, di mana beliau mendustakan orang yang meriwayatkan qunut shalat Shubuh, kemudian hanya menetapkan bahwa Nabi melakukan Qunut satu bulan saja, menjumpai sekelompok-kelompok orang musyrikin yang membunuh para Qurro’.

3.   Anda beralasan dengan hadis Abi Malik Al-Asyja’iy, yang ayahnya mengatakan : Oh anakku, bid’ah. Seketika beliau ditanya tentang apakah Rasulullah SAW. Sayyiduna Abi Bakar, Sayyiduna Utsman dan Sayyiduna Ali ra. Melakukan qunut di sembahyang fajar.

Nah, para pendengar yang budiman, khususnya sdr.H. Ma’shum Hamdun yth.begitulah kesimpulan yang kami berikan atas isi surat anda yang panjang itu.

Cuma sayang mengapa anda tidak kemukakan juga di sini, hadis Anas yang satu waktu meriwayatkan bahwa qunut itu terdapat sebelum ruku’ dan lain waktu beliau meriwayatkan sesudah ruku’ dan Anas mendustakan orang yang mengatakan bahwa ia mengatakan qunut itu sesudah ruku’, untuk kemudian anda katakan bahwa hadis-hadis Anas itu idlthirab dan Ta’arudl, yang kesemuanya tak dapat dibuat hujjah?
Apakah yang belakangan ini, tidak diperlukan lagi, karena sudah menganggap hujjah-hujjah yang dikemukakan itu sudah ampuh betul?.

Sdr. H. Ma’shum Hamdun,
Sesudah dengan bid’ah dan perbekalan kami yang sedikit tentang ilmu agama yang luas ini, memang kami selalu membiasakan diri dengan kesederhanaan dalam mengemukakan dalil-dalil, karena menurut hemat kami tidaklah seyogyanya untuk memburu seekor pipit itu dengan menembakkan mortir. Tetapi jika diperlukan Insya Allah, dapatlah jua kiranya kami kemukakan sedikit dari perbendaharaan yang kami peroleh dari Fadlil Ulamail Amilin untuk menjawab dan melayani pendengar dan peminat yang setia; dari Ruang Tanya Jawab ini, yaitu yth. Sdr. H. Ma’shum Hamdun.

1.   Tentang Qunut Shubuh ini, Al-Hafidzul ‘Iroqy dan meriwayatkannya dari Sayyidina Abi Bakar, Sayyidina Umar, Sayyidina ‘Ali dan Sayyidina Ibni ‘Abbas r. anhum, dan kata beliau:
Artinya:    Sudah shah dari mereka itu qunut, dan apabila bertentangan itsbat dan nafi, didahulukanlah yang diitsbatkan.

Dan beliau ada menghikayatkan pula dari empat orang Tabi’in dan dari Abi Hanifah, Ibnil Mubarok, Ahmad dan Ishaq. Dan Al-Mahdy ada meriwayatkan dalam Al-Bahri: dari Al-‘Abadilah, dari Abiddarda’ dan dari Ibni Mas’ud.
Dan Alhazimy ada meriwayatkan dari banyak shahabat dan tabi’in, dan dari orang-orang yang sudah mereka itu yang terdiri daripada para Ulama yang tempatnya berpencaran di masing-masing kota, kemudian dibilangnya juga daripada shahabat itu, khalifah yang empat, sampai sempurna sembilan belas orang shahabat, dan daripada Almukhadlramin Abu Roja’ Al-‘Atharidy, Suwaid bin Ghaflah, Abu Utsman Annahdy, Abu Rofi’ Asshoigh, dan daripada Tabi’in dua belas orang, dan daripada Imam-imam dan Fuqoha’: Abu Ishaq Alfazary, Abu Bakar bin Muhammad, Al-Hakam bin ‘Utaibah, Hammad, Malik bin Anas, mereka Ahlul Hijaz, Al-Auza’y, dan kebanyakan dari Ahli Syam, Assyafi’y dan ash-habnya.

Alhafidhul Iroqy ada menambahkan pula dari : Abdurrahman bin Mahdy, Sa’id bin Abdul Aziz Attanukhy, Ibnu Abi Laila, Al-Hasan bin Shalih, Daud, Muhammad Ibnu Jarir. Dan ada menghikayatkannya pula oleh satu Jama’ah daripada Ahlul Hadis.Di antara mereka itu adalah Abu Hatim Arrozy, Abu Zar’ah Arrozy, Abu ‘Abdillah Alhakim, Addaraquthny, Albaihaqy, Alkhatthaby, dan Abu Mas’ud Addimasyqy.

Alhasanyl Biishry pernah mengatakan : Aku pernah bersembahyang di belakang duapuluh dengan orang daripada pahlawan Badar, semua orang dari mereka itu ada melakukan qunut shubuh sesudah ruku’.
Kemudian, dari mana anda dapatkan Ibnu Taimiyah menuduh Abu Ja’far Arrozy selaku tukang memalsukan hadis.Tahukah anda siapa Ibnu Taimiyah itu? Kami persilakan anda meneliti biografi Ibnu Taimiyah, dalam Kitab Syawahidul Haq, bagi Khodimussunnah wal Qomi’ul Bid’ah, Faqidul Islam, Assyaikh Yusuf bin Isma’il Annabhany, yang pernah dikemukakan terjemahnya oleh Syaikhu Masyaikhina Muhammad Habibullah bin Mayabi Assyanqithy, dan memujinya.

Baiklah di sini, kami berikan penjelasan kepada anda, tentang siapa Abu Ja’far Arrozy itu. Nama beliau adalah :Isa bin Maahaan, yang berkunyah Abi Isa. Beliau ini adalah orang yang patut diterima hadisnya.Beliau lahir di Bashrah dan berketetapan di Rozy. Beliau ada meriwayatkan hadis dari Assya’by, Atha’ bin Abi Rabah, Qatadah dan dari Jama’ah. Orang-orang yang meriwayatkan hadis daripadanya adalah puteranya sendiri yaitu Abdullah. Demikian pula Abu Nu’aim, Abu Ahmad Azzubairy, Ali Ibnil Ja’di dan banyak lagi. Menurut Ibnu Mu’in: Abu Ja’far Arrozy ini Tsiqoh, artinya orang yang kepercayaan. Dan menurut Abu Hatim: Abu Ja’far Arrozy ini: Tsiqotun Shoduqun, artinya Kepercayaan lagi sangat benarnya. Maka dengan penilaian ini, cukuplah sudah untuk menerima hadisAbu Ja’far Arrozy tersebut. Sudah barang tentu tidak seperti yang anda katakan mengenai penilaian Ibnu Taimiyah, atau anda akan katakan menurut penilaian Abdullah bin Ahmad, atau Ali Ibnul Madiny atau lainnya. Karena dalam hal ini, kami tidak ingin seperti halnya: Ayah dan anak yang membawa keledai.

Kami hargai ketelitian anda dalam memilih dari siapa kita mengambil agama ini. Oleh karena itu pelajarilah siapa orang yang kita ambil agama daripadanya, sebagaimana sabda Rasulullah saw.
Artinya:    Sesungguhnya ilmu ini adalah agama. Maka tiliklah, dari siapa kamu mengambil pelajaran agamamu.

2.   a.   Anas mentsabitkan qunut sebulan, adalah qunut nazilah. Yaitulah qunut menyumpahi orang-orang musyrik, yang dilakukan sebelum lamanya di tiap sembahyang lima waktu.

      b.   Anas mentsabitkan qunut shubuh ada dilakukan Rasul sampai beliau meninggal dunia. Inilah Qunut Rotibah.Jadi jelas Qunut yang ditinggalkan sesudah sebulan itu lain daripada qunut yang dikekalkan Nabi sampai beliau meninggal dunia, yaitulah qunut shubuh.

3.   Sudah jelas tsubutnya kesunnatan qunut shubuh dari keterangan-keterangan tambahan kami, jadi perlulah kepada penilitian kita apa yang dianggap bid’ah oleh bapaknya Abi Malik Al-Asyja’y, yaitu Thariq bin Asy-yan seketika ditanya apakah Rasulullah saw. Sayyidina Abi Bakar, Umar, Utsman dan Ali Radliallahu anhum melakukan qunut di sembahyang shubuh. “Oh, anakku, bid’ah” begitu kata beliau.Sudah terang qunut shubuh bukan bid’ah menurut segala riwayat yang kami bawakan.Jadi yang bid’ah, adalah tentu meragukan kesunnatannya qunut yang sudah tsabit dan masyhur itu, sehingga masih bertanya-tanya pula.Sudah gaharu cendana pula, sudah tahu bertanya pula.Aya-aya wae.

Hadis yang diriwayatkan Anas sebelum ruku’, lain maksudnya dengan apa yang diriwayatkannya sesudah ruku’.Sebelum ruku’-ruku’ adalah memanjangkan qiroat, sudah ruku’ adalah qunut yang dimaksudkan, Addu’a watstsana’ itu.Kalau ada yang beranggapan bahwa hadis ini iddlthirob atau goncang, ta’arudl ataubertentangan satu dengan lainnya, sehingga tak boleh dibuat hujjah, pada hemat kami hal tersebut adalah tersebab tidak pandai mendudukkan persoalannya.  Sebab sudah terang yang dilakukan sebulan lagi ditinggalkan, itu berlainan dengan apa yang dikekalkan. Yang dilakukan di semua sembahyang, adalah berlainan dengan apa yang dilakukan dalam i’tidal shubuh. Yang dikatakan sebelum ruku’ adalah lain daripada apa yang dikatakan sesudah shubuh..Tiap-tiap satu dari riwayat ini, jika didudukkan pada proporsinya, tentu tidak menjadi ruwet, yang membawa uring-uringan membid’ahkan qunut shubuh.
Lalu mengatakan H. Muhammad Syafi’i dari Cenderawasih adlaah penyebar bid’ah. Ma’adzallah.

Demikianlah para pendengar radio kesayangan Cenderawasih yang budiman, bersama sdr.Penyanggah yaitu sdr. H. Ma’shum Hamdun, pengacaraan kami atas pendirian kami bahwa Qunut Shubuh itu adalah sunnah. Terima kasih atas perhatian anda.

Ternyata menurut riwayat ini ribuan para sahabat telah mengamalkan qunut pada saat itu.Sedangkan kelahiran Ibnu Taimiyah, kelahirannya 1200 tahun kemudian dari para sahabat.Lalu dari mana Ibnu Taimiyah menuduh bahwa qunut itu adalah bid’ah kalau bukan pembohong besar.


Wallahu yahdi ila sawaiisabil.


---oooOooo---

والله اعلم بالصواب








Tidak ada komentar:

Posting Komentar